Generasi Milenial Sebagai Ujung Tombak dalam Mewujudkan Pemerataan Pendidikan Indonesia


Pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara Indonesia yang dijamin dan dilindungi oleh negara sebagai sebuah hak dasar yang sudah selayaknya dan seharusnya didapatkan oleh setiap anak yang telah memasuki usia sekolah.
Namun dengan melihat keadaan muka bumi Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang begitu luas dan terdiri dari gugusan pulau-pulau yang tersebar di berbagai wilayah, memunculkan beragam masalah berbagai lini kehidupan berbangsa, salah satunya di bidang pendidikan khususnya di wilayah 3T ( terdepan, terluar dan tertinggal). 
Beberapa permasalahan penyelenggaraan pendidikan, seperti kekurangan jumlah (shortage), distribusi tidak seimbang (unbalanced distribution), kualifikasi di bawah standar (under qualification), kurang kompeten (low competencies), serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu (mismatched).

Source: Google

Dari berbagai masalah yang ada, masalah yang paling menuntut untuk diselesaikan sedini mungkin adalah ketidakmerataan distribusi fasilitas, kelengkapan bahkan tenaga kependidikan yang sangat lazim ditemukan pada wilayah-wilayah pelosok. Kekurangan jumlah guru yang mengabdikan diri di pelosok menyebabkan maraknya ditemui sekolah-sekolah yang tidak aktif bahkan mati suri karena tidak adanya proses belajar mengajar yang berlangsung. Sehingga anak-anak di wilayah tersebut seakan-akan terputus haknya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan secara formal. Maka tak mengherankan jika jumlah anak-anak yang buta Calistung ( baca, tulis, hitung) termasuk tinggi, ditambah lagi angka putus sekolah yang terus meningkat.
Keadaan yang terjadi di pelosok justru berbanding terbalik dengan fenomena yang terjadi di kota-kota besar. Ketersediaan fasilitas dan mudahnya akses dalam berbagai hal menyebabkan terjadinya penumpukan tenaga pendidik, ibarat gula yang senantiasa dikerumuni oleh semut, sekolah-sekolah di kota menjadi pilihan utama para guru khususnya guru-guru muda untuk mengabdikan dirinya.
Jika hal ini terus terjadi, maka kesenjangan yang kita lihat sekarang ini akan semakin luas dan ketimpangan antara pendidikan di kota besar dan dearah pelosok akan menjadi sebuah jurang pemisah yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi masa depan bangsa. Anak-anak di belantara Kalimantan atau Papua akan semakin ‘jauh’ dari Indonesia. Mereka akan merasa semakin diabaikan dan pada akhirnya rasa cinta tanah air itu akan tergerus sedikit demi sedikit.
Jadi untuk itulah peran Generasi Milenial sebagai generasi masa kini yang digadang-gadang akan menjadi penerima tampuk kekuasaan pemerintahan bangsa beberapa tahun ke depan menjadi sangat vital. Keberadaan mereka yang lahir dan besar di tengah-tengah kemajuan teknologi dan informasi yang semakin canggih menjadikan Generasi Milenial sebagai manusia-manusia ideal yang diharapkan mampu memajukan Indonesia dengan segala ilmu pengetahuan, kreativitas dan inovasi yang mereka miliki.
Source: Google

Sebagai calon pemimpin bangsa, Generasi Milenial sudah seharusnya berkontribusi secara nyata terhadap kemajuan bangsa, khususnya pendidikan. Mengapa demikian?

Karena pendidikan adalah kunci untuk meraih kesuksesan individu ataupun masyarakat bahkan sebuah bangsa.
Fakta menunjukkan bahwa negara-negara maju seperti Inggris, Jepang, Kanada, Amerika bahkan negara kecil yang minim sumber daya alam seperti Singapura mengalami kemajuan yang pesat karena para pemimpin bangsanya begitu peduli pada kualitas pendidikan warganya dan tidak segan-segan meluncurkan berbagai program unggulan untuk menyukseskan pendidikannya dengan biaya yang fantastis.
Kepedulian para Generasi Milenial terhadap pendidikan di Indonesia, khususnya masalah ketidaksamarataan fasilitas dan tenaga pendidik bisa ditunjukkan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah keberanian mereka untuk terjun langsung ke daerah-daerah pelosok untuk mengabdikan dirinya mendidik anak-anak usia sekolah di sana.
Gerakan-gerakan sosial semacam ini pun terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dan ini ditunjukkan dengan tingginya antusias kalangan muda Milenial untuk menjadi bagian dari gerakan-gerakan tersebut, baik menjadi pengajar atau menjadi donatur kegiatan.
Terjunnya anak-anak muda Milenial ini membawa angin segar bagi pendidikan bangsa. Keberadaan mereka di daerah susah sinyal dan listrik  menjadi hal yang sangat dinantikan. Anak-anak yang haus akan ilmu pengetahuan dan informasi terkini dari dunia luar sangat merindukan keberadaan mereka untuk berbagai dan menularkan semangat positif bagi jiawa-jiwa kecil yang rindu akan sentuhan pendidikan.
Source: Google
Kepedulian menjadi kata kunci yang harus terus dimiliki oleh setiap anak muda yang mengaku mencintai bangsanya. Kepedulian yang memunculkan semangat untuk melakukan sesuatu, kepedulian yang menjadi penggerak untuk memasuki pelosok Indonesia, kepedulian untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak pelosok untuk belajar agar bisa berjalan beriringan dengan kawan-kawan mereka di kota-kota besar, kepedulian yang senantiasa melejitkan motivasi agar kaki, tangan, telinga, mata, mulut, hati, dan pikiran untuk berbuat lebih banyak bagi anak-anak di wilayah terdalam negeri ini.
Melalui kepedulian yang ditunjukkan para Generasi Milenial terhadap pendidikan, diharapkan masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa ini bisa diselesaikan sedikit demi sedikit, khususnya masalah tidak meratanya jumlah tenaga pengajar di berbagai pelosok negeri. Program-program yang telah digagas dan dijalankan sekarang ini, baik pengabdian di pelosok atau gerakan ‘melek’ literasi  adalah bukti bahwa kepedulian itu masih ada dan terus bertumbuh di tengah masyarakat kita.

Komentar

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Jejak Anda

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mengurus SKCK di Luar Domisili KTP

Climate Change

Masih Tentang SKCK dan Serba-Serbinya