Aruna dan Lidahnya ( Cerita tentang makanan, perjalanan dan konspirasi)
Penulis: Laksmi Pamuntjak
Tahun: 2014
Penerbit: Gramedia
" Pagi selalu menahan perasaan, memperlambat segala sesuatu murah hati dengan fakta. Ia menerangi dengan perlahan, lapis demi lapis, sehingga sebuah kota hadir bukan sebagai sesuatu yang jadi, melainkan sesuatu yang belum final, yang masih bisa dibentuk dan penuh kemungkinan". (p.105)
Itu adalah salah satu kutipan favorit saya dari
novel ini dari beberapa kutipan-kutipan keren yang lain. Novel yang
bercerita tentang petualangan Aruna, gadis 'montok'', ahli wabah yang harus
menjalani tugas dari koleganya untuk menyelidiki kasus Flu Burung ke beberapa
daerah dari Sampang, Madura, Palembang, sampai ke Bumi Serambi Mekah, Aceh.
Bersama dengan dua sahabat sekaligus rivalnya,
Bowo dan Nadz, Aruna yang sangat suka makan dan selalu jatuh cinta dengan aroma
dapur dan bumbu-bumbu, serta berbagai jenis kuliner yang terkadang terasa pas
bahkan luar biasa ataupun bahkan terasa hambar tanpa rasa dan tak sesuai dengan
ekspekstasinya bersama timnya. Dalam perjalanan ini pula, ia mulai mengubah pemahamannya
tentang cinta dan seorang pria. Ia yang hampir tak pernah merasakan cinta
seumur hidupnya, mulai merasakan gemuruh ketika ia bertemu dengan seteru lama
yang akhirnya mampu mengubah pandangannya tentang sebuah hubungan percintaan
yang naik turun.
Di sini pun, ia merasakan bagaimana realita hidup
yang dialami oleh beberapa tokoh yang ia temui dalam perjalanan yang terkadang
mengharu biru bahkan sebuah penghianatan yang dilakukan oleh seorang yang telah
dianggapnya lebih dari sekadar kolega kerja dan lelaki yang pernah menyita
perhatiannya. Ini adalah novel kuliner pertama yang saya baca.
Rasanya?
Ah.. jangan bertanya beberapa kali saya harus menelan ludah ketika membayangkan menu-menu makanan yang disantap oleh Aruna dan kawan-kawannya. Berasa nyata dan membuat lapar. Hahaha.
Saya suka keseluruhan ceritanya, intrik-intrik dan jalan pikiran tiap tokoh yang susah untuk ditebak dan yang pasti saya suka cerita tentang makanannya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Jejak Anda